Isu Kesehatan Mental di Tempat Kerja: Antara Tuntutan dan Kesejahteraan Karyawan
Akhir-akhir ini, topik mengenai kesehatan mental semakin banyak dibahas oleh berbagai kalangan, termasuk dalam lingkungan profesional. Di dunia kerja, kondisi mental yang sehat dan seimbang sangat penting untuk mendukung kebahagiaan serta produktivitas para pekerja. Situasi ini biasanya tercipta ketika perusahaan dan para pemimpinnya mampu memberikan dukungan serta apresiasi yang positif, sehingga karyawan menjadi lebih termotivasi untuk meraih target sekaligus menyerap ilmu dari pengalaman kerja mereka.
Namun, realitanya tidak semua perusahaan memperhatikan aspek ini. Tanpa disadari, slot server jepang sebagian perusahaan memperlakukan tenaga kerjanya seperti mesin yang harus terus beroperasi tanpa henti. Karyawan dituntut mengerjakan banyak hal dalam waktu singkat dengan hasil maksimal, bahkan demi efisiensi biaya. Jika pola seperti ini terus berlanjut, maka bukan hal yang aneh jika banyak pekerja mengalami kelelahan fisik dan tekanan mental. Lama-kelamaan, stres yang tidak tertangani bisa berkembang menjadi burnout, gangguan kecemasan, bahkan depresi berat.
Gangguan Mental yang Sering Dialami oleh Pekerja
Menurut pernyataan dari Celestinus Eigya Munthe, Direktur Kesehatan Jiwa dan NAPZA dari Kementerian Kesehatan RI, terdapat peningkatan signifikan gangguan psikologis selama pandemi tahun 2020. Data mencatat 6,8% orang mengalami kecemasan dan 8,5% lainnya mengalami depresi. Bahkan, lebih dari seribu individu dilaporkan melakukan percobaan bunuh diri, yang mayoritas berawal dari kondisi burnout berkepanjangan.
Di lingkungan kerja, tekanan emosional dari pihak perusahaan menjadi pemicu utama. Hal ini bisa menyebabkan munculnya gejala psikosomatis, yaitu keluhan fisik akibat tekanan mental, seperti sakit perut, mual ketika hendak pergi ke kantor, hingga sakit kepala saat menjelang tidur.
Faktor Penyebab Terganggunya Mental Karyawan
Mengutip dari BetterUp, berikut adalah sejumlah faktor yang dapat memicu terganggunya kesehatan mental di tempat kerja:
1. Minimnya komunikasi efektif antara atasan dan bawahan
Banyak karyawan merasa suaranya tidak didengar. Pendapat, kritik, atau saran yang dilontarkan sering kali diabaikan atau bahkan dianggap sebagai bentuk pembangkangan. Dalam beberapa kasus, perbedaan pendapat bisa berujung pada ancaman.
Situasi seperti ini menyebabkan pekerja merasa tertekan, tidak nyaman untuk berbicara, dan pada akhirnya memilih bungkam. Hal ini bisa menciptakan rasa rendah diri dan mengurangi rasa percaya diri dalam berkomunikasi soal pekerjaan.
2. Kebijakan perusahaan yang tidak memihak kesejahteraan karyawan
Kurangnya jaminan kesehatan dan keselamatan kerja adalah masalah serius. Jika terjadi kecelakaan atau penyakit berat, karyawan harus menanggung biaya pengobatan sendiri. Ini tentu sangat membebani dan berpotensi memicu gangguan psikologis yang serius.
Idealnya, perusahaan di Indonesia minimal wajib memberikan fasilitas BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan untuk perlindungan karyawan, apalagi jika terjadi PHK.
3. Tidak adanya dukungan dari atasan
Karakter pemimpin yang terlalu menuntut kesempurnaan sering kali menyulitkan karyawan, terutama mereka yang masih baru atau dalam masa adaptasi. Alih-alih mendapatkan arahan atau bantuan, mereka justru merasa tersudut dan takut untuk bertanya.
Tekanan seperti ini dapat menurunkan semangat kerja, memunculkan rasa bersalah terus-menerus, dan menciptakan beban mental yang berat karena merasa tidak pernah cukup baik.
Baca Juga: Cara Efektif Menjaga Kesehatan Mental dan Psikis di Kehidupan Sehari-hari